Jakarta, TRIBUNNEWS.COM-Bambang Soesatyo, Ketua Konferensi Permusyawaratan Rakyat Indonesia, menegaskan konsep “Indonesia Emas 2045” yang merupakan peringatan 100 tahun kemerdekaan nasional Indonesia tidak boleh kosong. Namun, semua bagian negara harus dengan sungguh-sungguh mengejar tujuan ini.
Untuk mewujudkan visi emas Indonesia 2045, masih ada waktu persiapan 25 tahun yang didasarkan pada empat pilar utama yaitu pengembangan sumber daya. Hak asasi manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan yang berkeadilan dan kemampuan beradaptasi, serta pemerintahan nasional.
“Papenas memprediksikan Indonesia akan memasuki puncak deviden demografi pada tahun 2030-2040, yaitu proporsi penduduk usia 15 sampai 64 tahun akan mencapai 64% atau sekitar 190 juta dari total penduduk. Ini akan menjangkau 297 juta orang. “Kuncinya adalah memberikan bonus demografi, bukan mencapai bencana visi emas Indonesia tahun 2045,” kata Bamsoet saat menerima sambutan dari jajaran direksi Student Action Department. Di bawah naungan MPR RI Jakarta pada Rabu, 2019-2021 (19/8/20). – Anggota jajaran direksi KAMMI yang hadir tahun 2019-2021 antara lain Susanto Triyogo, Ketua, Wakil Presiden Departemen Dalam Negeri Deni Setiadi, Wakil Presiden Urusan Eksternal Jimmy Julian (Jimmy Julian), Direktur Kebijakan Publik Abdul Salam (Abdul Salam) Pejabat Penerbangan Hubungan Masyarakat Ali Hasibuan (Ali Hasibuan) dan Ketua Pengembangan Eksekutif Rijal Muharam (Rijal Muharam).

Mantan juru bicara MPR ini juga menyoroti hasil survei Lembaga Islam dan Perdamaian (LAKIP) tahun 2011 yang menunjukkan bahwa 50% mahasiswa setuju untuk tegas. Aksinya, 25% siswa bahkan menyatakan bahwa Pancasila sudah tidak penting lagi.Pada 2017, Saiful Mujani Research and Consulting Company (SMRC) merilis survei dimana 9,2% responden setuju bahwa Republik Indonesia telah digantikan oleh Khilafah. Biro (BIN) menyatakan pada 2019 bahwa hampir seribu warga telah mengalami aktivisme, di antaranya kaum muda berusia 17 hingga 24 tahun berada di garis depan.
“Jika tidak ada tindakan yang diambil, manusia Kekuatan sumber daya adalah modal utama untuk mewujudkan visi “Indonesia Emas” pada tahun 2045. Bahkan justru akan runtuh bukannya berhasil di berbagai bidang. Pada tahun 2045, kita akan selalu memperhatikan konflik sosial yang mewakili agama. Oleh karena itu mulai dari sekarang Pada awalnya, anak muda Indonesia harus menyadari bahwa tidak ada pembenaran untuk tindakan radikal dan ekstrim atas nama agama. Indonesia terlalu berharga untuk dijadikan alat perang saudara seperti banyak negara di Timur Tengah. “-FKPPI, Kepala Kementerian Pertahanan, menambahkan akibat pandemi Covid-19, tantangan lain yang dihadapi anak muda saat ini adalah terkait sistem pendidikan jarak jauh (PJJ). Tak hanya Indonesia, pendidikan asesmen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat ini sedang dialami di dunia. Kekacauan terbesar dalam sejarah, 1,6 miliar siswa dari 190 negara terkena dampaknya.
“PJJ membawa masalah baru, yaitu meluasnya ketimpangan akses, tidak semua siswa memiliki akses internet. Kalaupun bisa berkunjung, tidak semua daerah bisa menggunakan sinyal telepon, dan ada beberapa kendala bagi mahasiswa yang bisa mengajukan YPP. Mereka menyimpulkan karena kondisi tempat tinggal atau lingkungan keluarga yang kurang baik, mereka mungkin tidak mendapatkan pendidikan terbaik. Tidak terkendali, kita tidak bisa kehilangan satu generasi karena pandemi.