Bambang Soesatyo, ketua TRIBUNNEWS.COM-MPR, meminta semua sektor masyarakat untuk terus mempertahankan dan membangun optimisme selama wabah virus korona (nCoV-190).
Ketua MPR percaya bahwa masa-masa sulit seperti sekarang akan
beberapa hari yang lalu, otoritas terkait di Wuhan, Cina melaporkan bahwa tidak ada kasus baru Covid-19 selama tiga hari berturut-turut.
Jika penyebaran epidemi Wuhan nCoV-19 dapat dikurangi atau dihentikan, itu juga dapat terjadi di negara-negara lain termasuk Indonesia. Karena itu, masyarakat Indonesia tidak boleh pesimis. Sebaliknya, tetap optimis.
Untuk menjaga dan memperkuat optimisme ini, ketua MPR mendesak semua pihak untuk tidak membesar-besarkan fakta atau indikator untuk menggambarkan fakta atau indikator yang melemahkan kemajuan ekonomi nasional. Perlambatan ekonomi akibat epidemi nCoV-19 telah diprediksi.
Memang perlu untuk terus menerbitkan indikator ekonomi seperti nilai tukar dan indeks harga saham yang komprehensif dari harga energi seperti minyak dan gas alam untuk dipahami publik. Namun, indikator ekonomi ini tidak boleh dirilis secara dramatis untuk menakuti publik. -Tidak hanya orang Indonesia, tetapi masyarakat global juga mengalami dan merasakan berbagai kerusakan yang disebabkan oleh wabah nCoV-19. -Bahkan orang awam tahu bahwa terus memburuknya pembatasan pergerakan warga, terutama fase mengunci kota atau negara bagian, akan menyebabkan kerusakan lokal dan di sana, termasuk di sektor ekonomi. Beberapa pabrik perlu ditutup sementara untuk mengurangi produksi, permintaan yang lambat, rantai pasokan yang tidak stabil dan distribusi komoditas, dan bahkan mencapai lonjakan harga yang potensial. Komoditas dan pengeluaran berlebihan karena panik.
Pada saat-saat seperti itu, setiap komunitas dihadapkan pada pilihan yang sulit. Upaya untuk membatasi penyebaran epidemi nCoV-19 secara otomatis memerlukan pengorbanan dari sektor lain, termasuk sektor ekonomi dan semua subsektornya.
Saat ini, banyak negara termasuk Indonesia tidak hanya memberlakukan batasan, tetapi juga harus mengeluarkan anggaran ekstra untuk melindungi semua warga negara dari kemungkinan penandatanganan nCoV-19. Tidak hanya alokasi anggaran, tetapi bahkan waktu, energi, dan pemikiran difokuskan untuk mencegah penyebaran wabah nCoV-19. Untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, tidak mudah untuk mencegah kerusakan di berbagai sektor.

Di bawah situasi saat ini, apa yang dapat dilakukan setiap negara adalah menerapkan berbagai kebijakan stimulus untuk mencegah perekonomian menderita terlalu banyak kerusakan. Indonesia juga telah mengambil langkah yang sama.
Ingat, dalam konteks krisis ekonomi, situasi saat ini bukan pengalaman pertama di Indonesia. Beberapa dekade lalu, Indonesia juga menghadapi gejolak dan krisis ekonomi. Namun, ternyata ekonomi negara itu belum dirugikan. Berkat persatuan dan kerja keras, ekonomi Indonesia telah pulih. (*)