
Jakarta, TRIBUNNEWS.COM-Bambang Soesatyo, Ketua Konferensi Permusyawaratan Rakyat Indonesia, mengingatkan generasi muda untuk memperhatikan perang terbuka antara Amerika Serikat dan China. Ini tidak hanya terkait dengan konflik Laut China Selatan, tetapi juga terkait dengan masalah internasional lainnya. Perang terbuka ini tidak hanya berarti bentuk perjuangan militer, tetapi juga pengaruh perebutan antara Amerika Serikat dan China melawan negara lain.
“Institut Albert Del Rosario di Filipina mengevaluasi pernyataan AS. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyatakan minggu lalu bahwa pelanggaran China terhadap sekitar 90% dari “Mengingat konflik tersebut, Asia Tenggara akan menjadi medan pertempuran sesungguhnya antara Amerika Serikat dan China.” “Di Laut China Selatan melibatkan China dan banyak negara di Asia Tenggara (seperti Indonesia, Filipina, Thailand dan Malaysia),” Bamsoet menerima Gereja Katolik Indonesia yang diselenggarakan oleh Kantor MPR RI. Dalam wawancara dengan Pengurus Persatuan Mahasiswa (PMKRI), kata., Selasa (21/7/20) di Jakarta.
Pengurus PMKRI yang saya hadiri antara lain Ketua Biro Benidiniktus Papa, sekretaris Presidennya adalah Jenderal Tri Natalia Urada, Presiden Damianus Gerens Ohoiwutun, Direktur Institut Energi dan Sumber Daya Alam Oktabianus Alvin Aha, dan Karlianus Poasa, Direktur Institut Pertahanan Hak Asasi Manusia .– –Mantan Ketua Majelis Nasional Indonesia menyampaikan bahwa sejak kemerdekaan para founding fathers menekankan bahwa politik luar negeri Indonesia didasarkan pada teori kebebasan dan tindakan, artinya Indonesia dapat dengan bebas menjalin kemitraan dengan negara manapun dan berpartisipasi aktif dalam mewujudkannya. Perdamaian dan kemakmuran global. Dengan cara ini, Indonesia tidak akan terjebak dalam pusaran politik internasional antara Timur dan Barat. Saat ini, dua kutub kekuatan dunia bukan lagi antara Barat dan Timur, tetapi antara Amerika Serikat dan China. Indonesia bukan sekedar pemandu sorak, Bamsut mengatakan: “Tapi bisa menjadi aktor yang berpartisipasi aktif dalam mengkonsolidasikan perdamaian dunia. Disambut dengan hangat oleh komunitas internasional. Ia bahkan berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung dari tanggal 18-24 April 1955. Dalam rangka meningkatkan kerjasama ekonomi dan budaya antara negara-negara Asia dan Afrika, konsep Pancasila melawan penjajahan Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara-negara imperialis lainnya telah dikembangkan sepenuhnya sejak awal kemerdekaan Arab. Indonesia diakui oleh dunia dan tidak boleh segan-segan menerimanya, generasi ini harus memahami dan melaksanakan nilai-nilai luhur Pancasila. Damai, “Bamsoet menyimpulkan.